Sejarah Lurik, Dari Masa ke Masa : Lurik Masa Kini

Sejarah Lurik, Dari Masa ke Masa : Lurik Masa Kini

Tidak seperti beberapa puluh tahun yang lalu, saat ini tidak banyak masyarakat yang menaruh minat pada lurik terutama untuk dikenakan sebagai busana sehari-hari. Hal ini tampak pada surutnya jumlah pesanan di beberapa perusahaan tenun lurik yang ada di Yogyakarta. Bahkan di beberapa tempat, perusahaan tenun lurik tradisional banyak yang gulung tikar. Seperti yang terjadi di daerah Krapyak Wetan. Dahulu, di sekitar wilayah tersebut banyak rumah atau tempat produksi tenun lurik, namun sekarang yang tertinggal hanya satu yaitu perusahaan tenun lurik Kurnia yang dimiliki Bapak Dibyo. Menurut cerita masyarakat setempat, di dusun Mlangi, Kabupaten Sleman pernah berdiri perusahaan tenun lurik tradisional, tetapi saat ini sudah tidak ada lagi. Beberapa tempat lain yang diperkirakan masih terdapat tempat pembuatan tenun lurik, yaitu di dusun Nggamplong, Godean, Sleman, atau di beberapa tempat di Kabupaten Kulonprogo.

Dahulu di sana banyak ditemui perusahaan tenun lurik, namun sekarang jika masih ada jumlahnya sangat sedikit. Menurut beberapa orang, berbagai macam motif yang dulu pernah dibuat, sekarang sudah tidak dibuat lagi karena peminatnya pun sudah tidak ada. Banyak perajin di perusahaan tenun tradisional yang sudah berusia lanjut, tetapi tidak ada regenerasi perajin untuk meneruskan keahliannya tersebut. Saat ini orang lebih memilih pekerjaan lain dari pada menenun. Dahulu, ketika seorang perajin menenun, ketika ada waktu senggang ia minta anaknya untuk ikut menenun. Si anak diberi pelajaran sedikit demi sedikit, sehingga lama kelamaan ia bisa meneruskan pekerjaan orang tuanya. Tetapi saat ini hal ini sudah sulit dilakukan. Generasi muda tidak lagi mau menenun, lebih memilih pekerjaan lainnya.

Kondisi ini mendorong seorang mendorong beberapa desainer seperti Ninik Darmawan, kelompok Lawe, PPPPTK Seni dan Budaya untuk mengembangkan produk tekstil dengan bahan dasar lurik untuk diangkat kembali menjadi produkproduk modern, yang tidak hanya terbatas untuk pakian saja, tetapi lurik dijadikan sebagai bahan tas, dompet, map, dan lain sebagainya. Untuk busana desainer Ninik Darmawan telah mengembangkan beberapa fashion seperti gaun panjang, kemeja pria, rok, jaket, dan sebagainya. Beberapa pakaian merupakan gabungan motif lurik dengan kain batik. Ninik mengembangkan kain tenun lurik tersebut karena kain yang bercorak garis-garis ini memiliki nilai kesederhanaan. Kain yang tebuat dari bahan katun tersebut sebenarnya juga sangat cocok dengan iklim di Indonesia. Tetapi memang kesan bahwa lurik merupakan pakaian rakyat cukup kental. Apa yang hendak disampaikannya melalui setiap desainnya yaitu bahwa motif lurik ini sebenarnya dapat dikembangkan dan dapat dikenakan di berbagai tempat dan waktu. Menurutnya dengan sentuhan desain, kain tersebut dapat diolah, dikembangkan, dijadikan busana masa kini, tanpa merubah arti atau makna yang terkandung di dalamnya.

Produk-produk tekstil dari bahan lurik dengan desain baru yang indah, tidak kalah menariknya apabila dibandingkan dengan busana-busana dari bahan batik atau bahan lainnya. Ternyata lurik menyimpan kekuatan yang begitu dahsyat, sebagai bagian dari kehidupan masa kini. Apa yang dilakukan Ninik Darmawan, Lawe, dan PPPPTK Seni dan Budaya sebagai suatu bentuk transformasi budaya, yang mengangkat budaya lama Indonesia menjadi suatu budaya baru dengan tidak meninggalkan kekayaan yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya.

Tradisi bukanlah suatu barang yang mati, tetapi ia berkembang dan menjelma menjadi ujud baru mengikuti perubahan jaman. Tradisi melayani kebutuhan kehidupan manusia, sehingga tradisi harus sesuai dengan jiwa jamannya, tradisi yang tidak berubah akan menghambat perkembangan dan akan menjadi nilai atau produk yang basi. Dengan demikian seni tradisi seperti lurik harus dapat melayani kehidupan manusia masa kini, sehingga lurik akan lebih bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan dari masa ke masa.

Leave a Reply